NasionalGubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan harus ada perubahan orientasi cara belajar bahasa dari hanya sekadar penguasaan tata bahasa menjadi pelestarian bahasa agar tidak lekang dimakan zaman. Bahasa ibu harus terus dipelihara setiap generasi secara berkelanjutan.

“Kita ubah orientasinya, yang asalnya orientasi tata bahasa, orientasinya ujian untuk mendapatkan nilai, maka ke depan, orientasinya kita ubah. Orientasinya adalah terpeliharanya bahasa,” kata gubernur yang akrab disapa Aher dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Aula Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Bandung, Minggu, 19 Februari 2017.

Dalam acara bertajuk “Mieling Poe Basa Indung Sareng Kang Aher” ini, Aher dan istrinya, Netty Prasetiyani Heryawan, didaulat membacakan Carponn atau Carita Pondok Naker, yaitu cerita pendek bahasa Sunda yang disajikan dalam satu atau dua kalimat tamat yang memiliki nilai moral atau humor.

Aher membacakan Carponn berjudul Kagegel Oray (Digigit Ular), sementara Netty membaca Carponn berjudul Doger Monyet. Keduanya merupakan karya Badruzaman Baza.

Menurut Aher, keindahan bahasa itu spesial. Artinya, keindahan pada bahasa Sunda berbeda dengan bahasa lainnya, juga sebaliknya. “Karena spesial dan spesifik, maka tidak ada kata lain, kecuali kita harus ngamumule (memelihara) dengan baik supaya tidak punah,” ujarnya.

Terkait dengan upaya pelestarian bahasa Sunda, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 14 Tahun 2014 yang merupakan revisi Perda Nomor 5 Tahun 2003 sebagai payung hukum dalam pelestarian bahasa, sastra, dan tulisan daerah bahasa Sunda.

Selain itu, momentum alih kelola SMA/SMK kepada pemerintah provinsi juga bisa menjadi upaya lain dalam pelestarian bahasa Sunda di sekolah-sekolah. Sebab, hal tersebut semakin memudahkan kurikulum belajar bahasa Sunda yang bisa diseragamkan di SMA/SMK di seluruh Jawa Barat.

“Silakan urusan bahasa Sunda mau dibagaimanakan, koordinasikan dengan Balai Bahasa, Grup Carponn, dan semuanya yang memperhatikan bahasa Sunda. Mudah-mudahan bisa memelihara bahasa Sunda,” kata dia.

Pada 1999, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Languange Day. Peringatan ini dicetuskan sebagai upaya untuk melestarikan keberadaan bahasa ibu atau bahasa daerah yang ada di seluruh dunia. (*)