Nasional - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) kembali meluncurkan program Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2017, program penghargaan kepada karya sains terbaik di Indonesia untuk siswa-siswi tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Acara yang diadakan di Gedung Graha Widya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Selasa, 21 Februari 2017, ini dihadiri sejumlah guru dan para siswa di Jabodetabek.
“KJSA merupakan bagian dari komitmen Kalbe untuk berkontribusi bagi perkembangan sains di Indonesia, khususnya pada anak-anak. Dengan demikian, ke depan, tunas-tunas bangsa ini semakin mencintai sains, bahkan menjadi peneliti-peneliti unggul yang memajukan dunia sains dan teknologi di Indonesia,” ujar Kepala Komunikasi Perusahaan & CSR PT Kalbe Farma Tbk Herda Pradsmadji.
Selain itu, kata Herda, Kalbe terus mendorong para guru mengembangkan dan merangsang kreativitas anak-anak dalam menemukan solusi permasalahan sehari-hari melalui sains. Salah satunya melalui forum-forum diskusi.
Ketua Panitia KJSA 2017 dr Iwan S. Handojo menambahkan, karya sains yang ditulis di KJSA 2017 bisa dari bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) dan terapannya, matematika, atau kombinasinya.
“Mulai tahun ini kriteria peserta kami perluas, mulai rentang usia 9-14 tahun, yang duduk di kelas 4-6 SD hingga tingkat SMP kelas 7. Peserta merupakan kelompok yang terdiri atas maksimal dua orang. Kalau dulu pesertanya boleh satu, boleh dua. Kita mau para siswa membiasakan untuk melakukan kerja sama dan kolaborasi. Tapi masing-masing harus memiliki peran. Setiap kelompok bisa mengirimkan lebih dari satu hasil karya sains dengan tema berbeda dan mengisi formulir yang terpisah,” tutur Iwan.
Selain itu, karya sains yang didaftarkan harus merupakan ide sendiri dan belum pernah memenangi kompetisi di tingkat provinsi dan nasional. Pendaftaran karya sains bisa dilakukan secara online melalui www.kalbe-kjsa.com. Formulir pendaftaran juga bisa diunduh dan dikirim melalui e-mail kjsa@tempo.co.id. Pendaftaran ditutup pada 31 Juli 2017.
Iwan menuturkan, semua hasil karya sains akan dinilai oleh dewan juri berdasarkan ide, latar belakang permasalahan yang dihadapi, solusi yang diberikan dalam menjawab permasalahan, inovasi/kebaruan/keunikan, serta manfaatnya. Para dewan juri yang menilai terdiri atas Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Dr L.T. Handoko, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Ir Nirzam, Msc, DIC, PhD, matematikawan, dosen Fakultas MIPA ITB Novriana Sumarti, SSi, MSi, PhD, Ketua Masyarakat Nanoteknologgi Indonesia LIPI Dr Nurul Taufiqu Rohman, B.Eng, M.Eng, dan Pakar Psikologi Pendidikan dan Sekolah, Dekan Psikologi Universitas Indonesia Dr Tjut Rifameutia Umar Ali, MA.
Dewan juri akan memilih 18 finalis pada Agustus 2017. Semua finalis dan guru pembimbing akan diundang ke Jakarta pada 4-8 September 2017 untuk mempresentasikan hasil karyanya di depan dewan juri, dengan semua biaya akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. “Kemudian juri akan menentukan sembilan karya terunggul dan sembilan karya terbaik,” kata Iwan.
Sembilan pemenang karya terunggul ini akan mendapatkan hadiah berupa tabungan pendidikan masing-masing Rp 10 juta, dan sekolahnya mendapatkan bantuan sarana pendidikan. Sedangkan sembilan karya terbaik mendapatkan tabungan pendidikan masing-masing Rp 6 juta. Untuk satu karya pemenang favorit pilihan dewan juri akan mendapatkan tambahan tabungan pendidikan senilai Rp 5 juta. “Semua guru pendamping juga akan mendapatkan tabungan pendidikan masing-masing Rp 3 juta,” kata Iwan.
Handoko mengatakan salah satu fokus penilaian dewan juri adalah aspek kreativitas. Selain itu, karya itu adalah ide murni dari para siswa.
Di acara peluncuran KJSA 2017 ini juga diadakan seminar pendidikan bertema “Memecahkan Masalah Secara Kreatif dengan Pendekatan Sains”.
Saat KJSA diluncurkan pada 2011, jumlah peserta yang mendaftar di KJSA mencapai 187 peserta. Jumlah ini terus mengalami peningkatan, di mana hingga 2016 angkanya sudah mencapai 800 peserta lebih dari 358 sekolah dasar yang berasal dari 23 provinsi di Indonesia. Begitu juga dengan jumlah karya sains yang masuk, dari 199 karya pada 2011 meningkat menjadi 917 karya pada 2016. “Kami berharap tahun ini jumlahnya bisa lebih banyak lagi, baik dari peserta yang mendaftar maupun hasil karya yang masuk,” kata Herda. (*)
0 komentar:
Post a Comment