Bisnis, Jakarta - Kawasan Industri Bantaeng (KIBA) di Provinsi Sulawesi Selatan akan segera mendapat suplai listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 600 Megawatt. Investasi mencapai US$ 980 juta (Rp 13 triliun), digelontorkan oleh PT Energi Nusantara Merah Putih, sebagai pengembang PLTGU tersebut.
"Kami melihat ada opportunity (peluang) di Bantaeng, industrinya ada, tapi listriknya belum terpenuhi," kata Westana H. Wiraatmadja, Presiden Direktur PT Energi Nusantara Merah Putih pada Jumat, 24 Februari 2017, seusai acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan China Machinery Engineering Corporarion (CMEC), sebagai kontraktor di Jakarta.
Baca: Expose Kilang Bontang Terbuka Termasuk Bagi Arab Saudi
KIBA merupakan kawasan industri seluas 3.000 hektare di Kabupaten Banteng. Kawasan yang menjadi pusat industri smelter nikel ini, dibentuk oleh Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, menyusul adanya larangan ekspor bahan mentah mineral oleh pemerintah pusat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014.
Westana menambahkan listrik untuk smelter ini bersifat unik, sehingga tidak bisa dialiri oleh jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), tanpa mendapat pengelolaan khusus. "Ini hanya untuk KIBA saja, di luar jaringan dari PLN."
Akan tetapi jika PLN meminta kapasitas PLTGU untuk diperbesar, kata Westana, perusahaan akan mempertimbangkan hal tersebut.
Baca : Darmin Kesal Ketimpangan Indonesia Disebut Oxfam Terburuk
Proses financial close, ungkap Westana, akan dilakukan akhir 2017 atau awal 2018. "Setelah itu, kami butuh waktu 36 bulan untuk bangun konstruksi." Kontrak pembelian listrik dengan industri-industri smelter pun sedang disepakati untuk 20 hingga 30 tahun ke depan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bantaeng, Abdul Wahab, menyataan bahwa dua smelter yang ada di KIBA, ditargetkan tahun ini bisa berproduksi. "Walau bagaimana, pembangkit listriknya kan tidak bisa langsung jadi juga, tapi Pemerintah Daerah sangat mendukung upaya ini."
Derah di sekitarKIBA, menurutnya, merupakan daerah miskin. Sehingga, peningkatan kapasitas di KIBA, diharapkan dapat melahirkan multyplier effect untuk kawasan di sekitarnya.
FAJAR PEBRIANTO
0 komentar:
Post a Comment