Nasional, Bandung - Dosen dan etnomusikolog di Bandung, Asep Nata, 52 tahun, mengolah biji buah mangga sebagai instrumen musik tiup seperti suling. Kreasinya tersebut memanfaatkan limbah biji mangga yang kemudian dikeringkan dan dilubangi. Instrumen itu dinamakan Pelok Song.

Pelok dalam bahasa Sunda artinya biji buah mangga. Ide pembuatannya berasal dari obrolan dengan mahasiswa, kemudian mulai dicoba pada November 2016. Kini ada sekitar 20 lebih Pelok Song yang berhasil dibuat. “Itu dari 200 biji mangga yang dikumpulkan selama dua bulan,” kata Asep di ruangan Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan di Bandung, Jumat, 20 Januari 2017.

Jumlah yang tak sepadan itu akibat tidak semua biji mangga bisa diolah karena kondisinya kurang memenuhi syarat. Biji yang ideal, kata Asep, dari buah mangga yang matang di pohon. Sementara biji yang kebanyakan di dapat dari pedagang buah dan penjual jus buah, dari buah muda yang matang akibat diberi karbit. “Kalau yang matang di pohon bijinya cukup tebal dan keras,” kata dia.

Setelah dikeringkan dengan cara dijemur maupun dimasukkan dalam oven, biji yang telah dibuang isinya lalu dilubangi empat sampai enam titik. Menurut Asep, instrumen tersebut seperti okarina, yakni alat musik tiup etnik yang tersebar di penjuru dunia, dengan bahan beragam seperti kayu maupun keramik. “Alat musik ini ditujukan khusus bagi anak-anak TK maupun SD untuk mereka berkreasi,” ujarnya.

Ketua Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan, Bandung, Hawe Setiawan mengatakan, nama Pelok Song juga dari pelesetan folk song. Lembaga itu mendukung inovasi Asep dengan mendanai produksi purwarupa instrumen sebesar Rp 500 ribu. “Selain untuk edukasi anak-anak, Pelok Song untuk mengurangi dan mengolah limbah organik,” ujarnya.

Sekitar 20-an siswa dari Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas, Negla, Bandung, yang berlokasi di sekitar kampus, tadi diajak memainkan Pelok Song bersama guru-gurunya. Bunyi alat itu terdengar seperti suling, okarina, atau peluit. Beberapa nada yang disetem pada Pelok Song seperti kunci G, A, dan B, dengan variasi lain kenaikan atau penurunan not setengah nada.

ANWAR SISWADI