Seleb, Jakarta -Bagi beberapa pihak restu orang tua memang tak mudah didapat. Demikian halnya dengan pengalaman Alam Merdeka (Chicco Jericho) yang masih harus berusaha keras mendapat restu dari orang tua istrinya, Mia (Lala Karmela).
Dalam 24 jam menjelang kelahiran anak pertama mereka pasangan milenial ini berupaya membuktikan kepada orang tua mereka bahwa Alam adalah menantu yang tak perlu diragukan. Sehari-hari Alam bekerja sebagai pekerja lepas.
Ia pun senantiasa berkutat dengan media sosial tangannya hampir tak pernah lepas dari gawai. Termasuk saat dirinya sedang mengendarai mobil mengantarkan Mia ke rumah sakit.
Alam kelimpungan mencari dana untuk bisa memenuhi biaya melahirkan Mia yang tak ia duga sebelumnya. Masalah demi masalah mulai bermunculan di hari yang sama. Tapi perlahan masalah bisa terurai dan diselesaikan.
Bukaan 8 ini adalah film genre komedi pertamanya Chicco Jericho. Selain jadi pemeran Chicco pun menjadi produser film tersebut. Ide awal pembuatan film ini berasal dari obrolannya bersama sang sutradara, Angga Dwimas Sasongko.
Menurut Chicco satu waktu Angga melempar ide untuk membuat film genre komedi tentang sepasang suami dan istri yang menantikan kelahiran anak pertama mereka. “Ini ceritanya dari Angga saat memikirkan proses post produksi film Surat dari Praha sedangkan istrinya akan melahirkan,” tutur Chicco.
Sebagai pasangan yang belum menikah Chicco dan Lala cukup melakukan pendalaman karakter mendalam. Chicco dan Lala banyak melakukan banyak observasi terhadap kawan mereka yang sudah menikah dan punya anak. Adegan persalinan di rumah sakit menurut lala jadi adegan paling berkesan baginya.
Secara keseluruhan film yang diproduksi Visinema Pictures, Chanex Ridhall Pictures, dan Kaninga Pictures memotret upaya pasangan muda mendapat kepercayaan dari orang tua masing-masing bahwa keduanya memang siap menjadi suami istri dan orang tua bagi anak mereka.
Angga apik mengemas sebuah realita dan cerita dipadu dengan adegan mengelitik yang sukses mengundang tawa penonton di studio. Kisah yang disuguhkan memiliki kedekatan dengan banyak pengalaman masyarakat pada umumnya terutama soal kehidupan orang yang demikian tersedot dalam pikuk media sosial membahas segala macam isu perpolitikan.
Tak ada kisah yang menceramahi, kritik yang disajikan pun demikian halus tapi mengenai objek sasar yang tepat dengan kondisi saat ini. tapi sekali lagi ini bukan film politik. Bukaan 8 tetap menjadi komedi yang menghadirkan kritik tak berlebih.
Bagi Angga sebagai sutradara film ini benar-benar punya kisah paling personal. Menurutnya kali ini ia menyajikan suatu hal yang selalu membuatnya penasaran dan membayangkannya terjadi pada hidupnya sendiri yakni sebuah kelahiran. “Rasa bahagia dan haru serta melaluinya dengan keseruan dan kelucuan saat menanti anak pertama saya, membuat saya memutuskan untuk menyajikan film ini dengan rasa yang saya alami dan rasakan tadi,” tutur Angga. Dan Bukaan 8 adalah ruang untuk mengingat, menertawakan, dan mensyukuri kebahagian itu.
0 komentar:
Post a Comment